
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
-
Ditulis olehMALIKA AYU MEDINA
-
Dibuat tanggal
17 Oct 2024
-
Sekolah
SMA NEGERI 1 KLATEN
Kembali lagi dengan salah satu buku Tere Liye, yaitu "Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin". Buku ini adalah salah satu karya yang memiliki sentuhan genre romantis, juga fiksi remaja. Novel yang menceritakan tentang kisah sebuah keluarga kecil ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, dengan terbitan pertama pada Juni 2010 di Jakarta. Buku ini merupakan buku yang cocok dibaca untuk pembaca pemula, karena memiliki tebal yang ideal, yaitu sekitar 264 halaman.
Novel ini diawali oleh sebuah cerita saat seorang gadis berusia 20an tahun, bernama Tania, menyaksikan suasana hujan di depan toko buku yang menyimpan seribu kenangan tentang dia dan 'malaikat' yang datang ke keluarganya. Di awal novel tersebut, diceritakan bahwa teman se-angkatannya di NUS yang bernama Adi menyatakan cintanya di tengah hujan, namun nahasnya, cintanya ditolak begitu saja oleh Tania, karena Tania sendiri sudah memendam rasa kepada seorang pria di hatinya. Maka, pria tersebut lah yang nantinya akan mendampingi tokoh utama dalam pembahasan buku ini.
Kembali pada masa lalu. Ketika Tania dan adiknya yang bernama Dede mencari uang dengan cara mengemis di angkutan umum yang berada di tengah hujan. Namun sialnya, Tania dan Dede bertemu sekelompok remaja pemabuk, yang akhirnya memaksa mereka untuk memberikan seluruh penghasilannya pada saat itu. Hingga dia kembali ke rumahnya menggunakan angkutan umum, tanpa uang sepeser pun. Nahasnya, ketika Tania sedang 'mencari nafkah' di dalam angkutan itu, kaki Tania tertancap oleh sebuah paku payung. Di sana lah awal mula ia bertemu dengan sang 'malaikat' penolong keluarganya.
Danar Danar namanya. Ketika Tania berusia 12 tahun, ia berusia 26 tahun. Saat itu, hanya ia lah yang peduli dengan hal yang dialami Tania dan Dede. Dimulai ketika Danar memberikan obat merah dan mengobati luka di kaki Tania, hingga hari-hari berikutnya, Danar lah yang menjadi 'malaikat' bagi keluarga Tania. Saat itu lah, Tania mulai menyimpan perasaan pada Danar. Karena, setelah sekian lama, akhirnya Tania bisa merasakan kasih sayang dari seseorang yang seperti ayah, juga seperti kakak laki-laki nya, mengingat ayah Tania telah berpulang sejak 2 tahun yang lalu. Ditambah, Danar adalah orang yang pengertian, sabar, senang bercengkrama dengan anak-anak, pekerja keras, juga dengan seribu hal-hal baik tentangnya.
Hari-hari Tania berikutnya terus membaik. Tania dan Dede bisa bersekolah, Ibu Tania bisa berjualan kue. Perasaan Tania pada Danar pun terus bertambah, seiring berjalannya waktu. Namun, hingga tiba suatu hari, datanglah seorang wanita yang menggantikan posisi Tania. Ratna namanya, statusnya pada kala itu sudah menjadi pacar Danar. Ratna adalah wanita yang cantik nan baik, hanya saja Tania enggan menerimanya sebagai 'kakak iparnya', karena Tania sendiri sudah dimabuk dengan kecemburuannya. Sejak saat itu pula Tania terus tertimpa segala masalah. Dimulai dengan masalah hatinya yang tak terima dengan keberadaan Ratna, hingga Ibunya yang jatuh sakit dan berpulang, mengikuti jejak ayah Tania. Saat itu pula, Danar memberikan sebuah petuah pada Dede dan Tania, "Ketahuilah, Tania dan Dede.... Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.... Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya," maka hal itu lah asal-usul judul novel ini.
Hari-hari berikutnya, Tania terus mengalami kejadian jatuh-bangun. Namun, tentu saja hari-hari jatuh-bangunnya itu bersama Danar. Dimulai dari Danar membeli rumah, hingga Tania lolos seleksi beasiswa ASEAN scholarship untuk bersekolah di Sekolah Menengah Pertama di negeri seberang, Singapura. Begitu pula dengan Danar, ia bahkan sempat putus hubungan dengan Ratna.
Hari demi hari, Tania semakin cantik dan pintar. Ia bahkan menjadi juara 1 parallel di sekolahnya, lalu berkesempatan untuk melanjutkan Sekolah Menengah Atas di salah satu sekolah terbaik di Singapura. Seiring dengan berkembangnya pengetahuan Tania, perasaan Tania pada Danar pun semakin berkembang. Bahkan saat ia duduk di bangku kuliah, Tania sudah merasa lebih pantas berada di sisi Danar, dibandingkan dengan Kak Ratna. Hingga tiba suatu hari, karena suatu hal, harapannya untuk berada di sisi Danar hancur lebur, hingga merenggangkan hubungan mereka berdua.
Novel ini memiliki amat banyak keunggulan. Pertama, novel ini penuh dengan amanat dan pelajaran hidup yang baik. Mulai dari belajar tentang kegigihan, keikhlasan, kejujuran, hingga arti kebahagiaan. Amanat ini tentu didapat dari bagaimana tokoh yang ada di dalam cerita tersebut menghadapi masalahnya, terutama dari sang 'malaikat', yaitu Danar. Ia sungguh pandai mengajarkan banyak hal pada Tania dan Dede. Meski sayangnya, dia gagal dalam menghadapi masalah percintaannya dan mengakibatkan kesalahan yang fatal. Kedua, novel ini memiliki bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Bagi untuk pembaca pemula, buku ini akan nyaman untuk dibaca. Hal ini dikarenakan, tidak terdapat kosakata yang rumit dan asing pada novel ini. Ketiga, pemisahan alur cerita maju dan mundur (kilas balik) pada cerita ini disampaikan dengan jelas. Sehingga, pembaca tidak perlu bingung atau pusing saat memahami latar waktu dari cerita ini. Terakhir, novel ini adalah tipe novel yang terus terkenang di hati para pembacanya. Hal ini karena kisah percintaan Danar dan Tania yang sungguh menyesakkan hati.
Novel ini hampir tidak memiliki kekurangan. Namun sayangnya, ada satu hal yang terkadang membuat pembaca sedikit kecewa saat membacanya, yaitu akhir kisah Danar dan Tania yang tergolong 'menggantung'. Meski ending menggantung terkadang menjadi bagian favorit beberapa tipe pembaca, namun bagi saya, hal ini membuat para pembaca sedikit sedih karena tidak puas akan bagian di akhirnya.
Namun, secara keseluruhan, novel ini adalah novel yang bagus, menarik, juga memberikan banyak pesan-pesan untuk kehidupan, alias amanat. Novel ini layak untuk dibaca oleh kalangan remaja hingga dewasa, karena banyak pelajaran hidup pada novel ini.
0 komentar