
Antologi Puisi Alam Raya
-
Ditulis olehLentera Anugerah Fitriyani
-
Dibuat tanggal
15 Oct 2024
-
Sekolah
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Paguyangan
Pengantar Antologi puisi berjudul Alam Raya ini menceritakan tentang berbagai macam elemen yang ada di alam. Segala Elemen yang ada di Alam bukan semata-mata hanya untuk perhiasan dunia saja, namun kita juga harus bijak dalam menjaganya. Tuhan menciptakan segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti memiliki maksud dan tujuan. Kelestarian Alam perlu kita perhatikan kembali, agar manusia bisa merefleksikan diri. Terkadang kita juga bertanya apa alasan kita agar selalu menjaganya? Jawaban yang tepat adalah memang kita tidak ingin hidup lebih lama?. Alam merupakan sahabat sekaligus rumah untuk kita, seharusnya kita sebagai manusia yang menghuni mempunyai akal untuk berpikir bagaimana cara ber terimakasih bukan?. Ingat, segala sesuatu yang baik pasti akan kembali dengan hal yang baik. Dengan kita menjaga alam, maka alam juga akan menjaga kita. Lewat antologi inilah terdapat banyak puisi yang bisa menyentuh hati kita agar bisa merenungi kalimat demi kalimat, bait per bait, sehingga sebagai manusia kita tahu apa yang harus kita lakukan. Isi Antologi Puisi berjudul “Alam Raya” berisi tentang kumpulan puisi yang merujuk kepada alam. Alam Raya adalah seluruh jiwa yang ter tafsir di raga, bukan hanya sekedar kiasan atau makna namun memang sedalam itu arti alam raya dalam kehidupan kita. Pernahkah kita berpikir seberapa lama kita diberi waktu oleh Tuhan di dunia ini?, Untuk selama apapun, yang menjadi sahabat kita adalah Alam, maka dari itu sudah sepantasnya sebagai sahabat kita selalu saling menjaga satu sama lain. Seperti dalam potongan bait berjudul “Bintang” halaman 17 berbunyi “Bintang menemani bulan”, Arti dari kata bintang menemani bulan adalah 2 hakikat yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, Dikutip dari Ringkasan AI hubungan bulan dan bintang yaitu Bintang memancarkan cahaya sendiri, sedangkan bulan memantulkan cahaya matahari. Bayangkan jika mereka dipisahkan? Apakah bumi ini akan terus mengorbit sesuai pada hakikatnya?. Pemaparan tentang bulan dan bintang sudah menggambarkan hubungan manusia dan alam. Alam adalah rumah untuk kita. Apakah kita sebagai penghuni tidak memiliki hati nurani untuk menjaganya? Apakah kita sebagai manusia yang diberi akal tidak memiliki rasa untuk berterimakasih kepadanya?. Pada potong bait puisi yang berjudul “Hujan” halaman 11 yaitu “Berdekatan dengan Allah dan makhluk-Nya”, sebagai umat yang mengakui keberadaan Tuhan saja kita mampu berterimakasih dengan cara bersyukur atas nikmat yang Tuhan berikan. Seharusnya kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan juga dapat berterimakasih kepada sesama ciptaan Tuhan, jangan menjadi manusia sombong, seolah-olah hanya kita yang hidup di dunia ini. Hidup dan Kehidupan adalah 2 kata yang tidak dapat dipisahkan, keduanya saling berkaitan terlebih lagi dengan manusia dan alam. Apakah kita adil dalam hidup yang tidak tentu kapan waktunya akan usai?. Apakah semua yang kita lakukan benar keberadaannya?. Seperti yang dikutip dari puisi berjudul “Hutan” halaman 43 berbunyi “Aku masih ingin tetap hidup”, sebagai manusia tentunya kita memiliki hati nurani. Hutan memang tidak berbicara, namun bahasa kalbu pasti mendengarnya. Alasan kita tetap hidup karena alam yang lestari bukan? Mengapa kita harus merusaknya?. Perilaku manusia yang tidak sesuai dengan semestinya akan berdampak buruk bagi lingkungan. Sampah-sampah yang berserakan siapa yang peduli?. Diambil dari potongan bait puisi berjudul “Berkreasi dengan plastik” halaman 65 berbunyi “Itu ideku bagaimana dengan idemu?”. Dari kutipan tersebut sudah jelas bahwa sampah yang kita hasilkan itu adalah tanggung jawab kita. Segala sesuatu yang kita lakukan pasti memiliki dampak, dan dampak yang dihasilkan sesuai dengan yang kita inginkan, hidup itu pilihan, dampak buruk sekalipun dapat menjadi hal yang baik, jika kita mampu bergerak dan berubah untuk kelestarian alam ini Keistimewaan Antologi puisi berjudul Alam Raya yang ditulis oleh 3 penulis hebat, diantaranya Cintya Nurika Irma, Noviea Varahdilah Sandi, dan Siti Vitandari Yudmianti adalah kumpulan cerpen tentang alam yang ditujukan kepada anak usia SD/MI, dikemas dalam 3 bahasa yaitu bahasa indonesia (Puisi Alam Raya), bahasa jawa (Geguritan Bawana), dan bahasa inggris (Poems The Universe). Penyusunan puisi ini sangat tertata di mulai dari diksi, gaya bahasa, dan pengutaraan bahasa yang disampaikan sangat menyentuh hati pembaca, meskipun ditujukan kepada anak usia SD/MI, namun tentunya puisi ini untuk berbagai kalangan, agar kita turut andil dalam melestarikan alam. Dalam antologi puisi ini setiap kalimat dan bait memiliki makna yang tersirat dan tersurat, terutama pesan untuk manusia. 2 kalimat yang menarik dalam potongan bait puisi ini yaitu: pertama puisi berjudul “Aku dan Udara” halaman 47 berbunyi “Aku menyukai udara di sekitar rumahku”, dapat diartikan bahwa ketika kita menjaga alam maka alam menjaga kita, apapun yang kita lakukan tentunya memiliki hubungan timbal balik, maka dari itu sudah seharusnya kita memiliki tindakan agar alam tetap lestari, yang kedua puisi berjudul “Tangis Hujan” halaman 11, berbunyi “Menyimak demo-demo penghujat”, dapat diartikan bahwa masih banyak manusia kufur yang tidak tahu artinya bersyukur selalu menganggap sesuatu hal yang menghambat urusan dunia itu adalah hal yang buruk. Bukankah ketika hujan itu adalah waktu yang sangat baik untuk berdoa?, bukankah ketika hujan kita daoat berkumpul di rumah dengan keluarga? Marilah manusia-manusia kufur, mari kita luruskan pemikiran kita yang sudah jauh dari jalan tuhan Penutup Antologi puisi berjudul Alam Raya memang ditujukan kepada anak usia SD/MI, namun puisi ini harus ditujukan kepada seluruh umat manusia di bumi ini. Agar selalu mengingat apa saja yang sudah kita dapatkan dari alam. Agar selalu mengingat cara berterimakasih terhadap alam yang selalu mengasihi kita. Agar mengetahui hal apa saja yang dilakukan agar kita dapat menjaga hati alam. Agar kita menjadi lebih dewasa ketika didesakkan dengan berbagai bencana alam. Agar kita tidak menjadi manusia yang kufur nikmat, supaya selalu senantiasa mengetahui apa dampak dari yang kita lakukan. Antologi puisi ini bukan hanya sekedar tentang alam dengan isinya, namun juga bagaimana cara alam dan manusia mengendalikan kehidupannya, bagaimana cara bekerja sama yang baik antara alam dan manusia, dan bagaimana cara agar kita mencintai alam dan alam mencintai kita. Hai manusia yang mencintai alam!! Jangan menyakiti hati alam lagi ya!, semoga alam selalu lestari dan bisa tumbuh menyertai kehidupan ini.
0 komentar