Istanbul, dengan segala kemegahannya, menjadi salah satu kota yang paling sering muncul dalam Letters From Turkey: Travel, Love, Inspiration. Faris BQ, melalui lensa seorang sineas dan penulis, berhasil melukiskan pesona kota ini dengan begitu hidup. Lebih dari sekadar buku perjalanan, Letters From Turkey: Travel, Love, Inspiration adalah refleksi mendalam tentang kehidupan yang mengajak kita untuk merenungkan makna keluarga, tradisi, dan identitas dalam konteks masyarakat Turki yang terus berubah. Gaya penulisannya yang puitis membuat setiap halaman buku ini terasa seperti sebuah karya seni. Ia berhasil menangkap keindahan alam Turki dan kompleksitas masyarakatnya dengan begitu indah.

Buku ini adalah mata penulis selama bermukim di Turki. Saat menjadi mahasiswa doktoral di Universitas Ankara itulah, Ahmad Faris menunjukkan kepiawaiannya memunguti keunikan manusia, budaya, dan hikmah yang terserak di sana. Berbeda dengan tulisan perjalanan lain yang lebih banyak membahas hal-hal teknis dan informasi yang umum, buku ini lebih banyak mengajak pembaca untuk berpikir dan menggali inspirasi selama perjalanan di negara asing tersebut.

Buku ini mengisahkan tentang bagaimana perjalanan laki laki yang sudah menikah dan mempunyai anak tetapi masih memiliki ambisi untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri dengan beasiswa. Hidup di luar negeri bukanlah hal yang mudah, apalagi jika kita tidak mahir menguasai bahasanya serta kita masih harus menggali lebih dalam tentang kehidupan masyarakat dan tradisinya.

Secara eksplisit fokus penulis mengajak pembaca untuk ikut merasakan pengalaman menjelajahi berbagai tempat di Turki. Faris tidak hanya menggambarkan keindahan fisik Turki, tetapi juga menggali lebih dalam tentang identitas dan budaya masyarakatnya. Ia membahas tentang tradisi, nilai-nilai, dan bagaimana perubahan zaman memengaruhi kehidupan masyarakat Turki. Penulis menggunakan pengalaman perjalanannya sebagai sarana untuk merenung tentang kehidupan, cinta, dan makna keberadaan. Bahasa yang digunakan terkadang mengandung metafora yang menggambarkan suasana hati yang penuh emosi.

Alur yang ada pada novel ini menurut saya agak kurang menarik, karena terdapat dua alur yang dicampur secara acak. Seperti ketika dia sedang menulis surat, tetapi pada bab selanjutnya kita justru dihadapkan dengan bab yang berisi dengan kata-kata pesan keberanian.

Kekurangan lainnya yaitu terlalu fokus pada satu aspek, padahal buku ini memiliki banyak lapisan makna yang bisa dijelajahi lebih lanjut. Dan juga seringkali penulis menuliskan sebuah analisis yang bersifat subjektif yang kadang kurang disepakati oleh pembacanya. Selebihnya dialog yang digunakan pada buku ini cukup alami, karena merupakan kisah nyata.