book

Surga Berintan Putih

0
  • book
    Ditulis oleh
    Ahmad Zaki
  • Dibuat tanggal
    20 Jul 2024
  • Sekolah
    SMA Plus Al-Ashri Global Mandiri

SURGA BERINTAN PUTIH

Surga Berintan Putih mengangkat kisah yang terinspirasi oleh kejadian tragis gempa, tsunami, dan likuefaksi yang melanda Palu. Ditulis oleh S. Gegge Mappangewa, seorang guru di SIT Al-Ashri dan juga pernah menjadi ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Sulsel periode 2006-2008 dan kini bergiat di BPP FLP sebagai Ketua Divisi Karya, buku ini tidak hanya mencerminkan kekuatan naratifnya sebagai penulis tetapi juga kearifan dan empati dalam menggambarkan peristiwa yang mengguncang. Melalui karyanya, Mappangewa mengajak pembaca untuk merenungkan betapa rapuhnya kehidupan manusia dan betapa besar keteguhan yang dibutuhkan untuk menghadapi bencana alam. Dengan gaya penceritaan yang mendalam, ia mengangkat tema tentang keluarga, cinta, dan ketahanan dalam menghadapi ujian tak terduga. Buku ini juga menawarkan pencerahan tentang bagaimana manusia dapat menemukan arti kehidupan di tengah-tengah kehancuran.

Pada petang 28 September 2018, Palu diguncang oleh gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi yang menghancurkan. Ribuan orang di Pantai Talise panik saat Festival Nomoni berubah menjadi bencana. Gelombang setinggi lima meter menghantam, sementara di Kelurahan Petobo dan Perumnas Balaroa, likuefaksi menelan ribuan rumah.

Cerita berpusat pada Mahlil dan Adnin, pasangan yang tinggal di rumah panggung Bugis di Bumi Tamalanrea Permai (BTP), Makassar. Mereka memiliki dua anak, Marwan dan Arlan, serta tiga asisten rumah tangga: Rusdi, Abduh, dan Sari. Adnin yang sedang hamil tua meminta Rusdi membawa koper besar untuk persiapan persalinan anak ketiganya. Koper tersebut menyimpan rahasia besar yang mengubah pandangan Mahlil terhadap Rusdi dan memperlihatkan pentingnya peran Rusdi dalam keluarga mereka.

Mahlil, yang sebelumnya sinis dan menganggap para asisten rumah tangga merepotkan, lambat laun menyadari bahwa Rusdi, Abduh, dan Sari adalah penyelamat keluarganya saat bencana melanda. Rasa sepi dan refleksi tentang cinta menyelimuti kehidupan Mahlil dan Adnin, terutama jelang persalinan ketiga yang tragis, mengakhiri hidup Adnin dan meninggalkan duka mendalam bagi Mahlil, Marwan, Arlan, Rusdi, dan Abduh.

Dari terminal Panaikang tahun 1997, kisah ini melompat ke Sulawesi Tengah pada 28 September 2018. Di tengah kekacauan akibat bencana, Rusdi, Abduh, dan Sari berusaha menyelamatkan Marwan, Arlan, dan Mahlil. Mereka semua kembali terhubung dengan kenangan tentang Adnin, sosok yang selalu hidup dalam hati mereka meskipun telah tiada.

Bencana yang memilukan memaksa Mahlil kembali ke Makassar, di mana dia menemukan kesempatan kedua untuk memperbaiki hubungan dengan anak-anaknya dan dua asisten rumah tangga yang dulu diabaikannya: Rusdi dan Abduh. Dari rumah panggung Bugis di BTP, kisah ini menemukan simpulnya, membawa pesan tentang cinta, pengorbanan, dan penebusan.

Surga Berintan Putih menyajikan pelajaran tentang ketidakpastian hidup dan kekuatan dari hubungan manusia. Tragedi bencana yang melanda Palu pada 28 September 2018 menunjukkan betapa rentannya manusia terhadap kekuatan alam yang dahsyat. Di tengah kehancuran dan kehilangan, kisah ini menggambarkan pentingnya saling tolong-menolong dan memaafkan. Mahlil, yang awalnya angkuh, menemukan kembali makna cinta dan penyesalan setelah kehilangan istri tercintanya, Adnin. Dia belajar bahwa hubungan yang terjalin dengan orang-orang di sekitarnya, seperti dengan Rusdi dan Abduh, adalah sumber kekuatan dan harapan untuk melanjutkan hidup. Kehilangan Adnin juga mengajarkan bahwa kebaikan dan cinta sejati akan selalu hidup dalam hati orang-orang yang mencintai kita.

Buku Surga Berintan Putih menunjukkan beberapa kelebihan yang signifikan. Pertama, kisah yang matang dan mendalam yang mampu menggambarkan dengan kuat latar belakang bencana alam di Palu pada tahun 2018. Kelebihan lainnya adalah kemampuan penulis dalam menghadirkan emosi dan refleksi karakter yang mendalam, terutama dalam menggambarkan perjalanan emosional Mahlil dan konflik internalnya terhadap Rusdi, Abduh, dan Sari. Hal ini memberikan kedalaman dan kekayaan pada narasi, menjadikannya lebih meyakinkan dan memikat bagi pembaca.

Namun, ada juga beberapa kekurangan yang patut diperhatikan. Meskipun kisahnya matang, terdapat kesalahan teknis seperti kesalahan tik yang sedikit mengganggu. Meskipun tidak menghancurkan keseluruhan pengalaman membaca, perbaikan terhadap hal ini akan meningkatkan kualitas keseluruhan novel.

Secara keseluruhan, Surga Berintan Putih oleh S. Gegge Mappangewa adalah sebuah novel yang menggugah dengan latar belakang bencana alam di Palu pada 28 September 2018. Rekomendasi untuk pembaca yang mencari cerita yang mendalam dan penuh makna, Surga Berintan Putih tidak hanya menghadirkan gambaran tentang keteguhan dalam menghadapi bencana, tetapi juga pesan tentang pentingnya menghargai hubungan dan pengorbanan sesama manusia. Melalui cerita yang mengharukan dan karakter-karakter yang kuat, novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti sejati dari kehidupan dan nilai-nilai kemanusiaan.

 

Judul Buku Surga Berintan Putih
Penulis S. Gegge Mappangewa
ISBN 978-623-91773-8-6
Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 2021
Penerbit Sabda Mallomo
Jumlah Halaman 182

0 komentar

Buat komentar