
Tunggu Aku di Batavia
-
Ditulis olehMuhammad Faiz Nur Khalil
-
Dibuat tanggal
17 Jul 2024
-
Sekolah
Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Paser
Tunggu Aku di Batavia, ialah sebuah novel karya Ni Ketut Yuni Suastini yang terbit pada Oktober 2022. Novel ini mengangkat latar tahun dimana Indonesia masih dalam genggaman kekejaman penjajahan Belanda, sekitar tahun 1930-an. Novel ini menggunakan alur maju mundur untuk menceritakan ceritanya. Pemandangan latar yang sangat jauh dari tahun ini, ternyata tak menjadi masalah bagi penulis untuk menggambarkan situasi dan suasana pada zaman itu. Seperti judul dari novel ini, novel ini bergenre romansa sejarah, yang menurut saya pribadi merupakan ide yang cemerlang, sejarah yang dibalut dengan romansa mungkin dapat menjadi pendekatan orang-orang pecinta roman namun bosan dengan sejarah Indonesia. Isi dari novel ini sendiri lumayan padat, tokoh yang banyak membuat novel ini terasa ramai serta panjang, alur maju mundur yang disuguhkan juga membuat novel ini memiliki daya tarik tersendiri, karena membuat pembaca bagai melihat film, sangat seru dan menyenangkan.
Novel Tunggu aku di Batavia menceritakan tentang seorang tokoh dari tahun 2000-an sebagai tokoh utama (main character) bernama Arimbi, yang mencari asal usul keluarganya. Eyangnya Roekmi merupakan dasar dari bermulanya kisah ini, bagaimana sosok Roekmi ini menjalani kerumitan hidup sepeninggal sang ayah, kemudian bertemu dengan para petinggi Hindia Belanda. Dari sinilah kisah Roekmi dimulai.
Bermulanya kisah ini ketika Eyang Roekmi sedang dalam keadaan kritis. Secara tak sengaja, Arimbi menemukan buku harian Eyang yang di dalamnya terdapat foto masa muda Eyang bersama seorang lelaki dengan rupa orang Eropa, juga setumpuk surat yang tak pernah terkirim tersimpan rapi di dalam kotak kayu tua itu. Willem Godewyn. Nama itu selalu muncul dalam buku harian Eyangnya, juga kepada siapa surat-surat itu ditujukan.
Beralih pada zaman penjajahan, dikala dewasa, Willem baru mengetahui bahwa ternyata ia memiliki darah pribumi. Demi mencari ibu kandungnya, ia memutuskan untuk pergi ke Hindia Belanda. Di daerah jajahan negaranya ini, Willem bertemu dengan perempuan pribumi yang menarik hatinya, bernama Roekmi.
Singkat cerita, Roekmi dan Willem menikah. Sampai kekalahan Belanda atas Jepang membuat mereka berpisah. Willem ditangkap pemerintah Jepang, dan ketika sudah bebas pun ia dibawa kembali ke negara asalnya, Belanda.
Kembali ke Arimbi. Demi menyampaikan surat-surat itu kepada orang yang dituju, Arimbi menempuh perjalanan jauh ke Belanda. Kenyataannya, perjalanan itu membuat Arimbi bagai membuka sesuatu yang istimewa. Arimbi yang selama ini merasa dekat dengan Eyang Roekmi kini sadar serta mengakui bahwa ia tak tahu apa-apa tentang Eyangnya. Arimbi pun tak menyangka, bahwa perjalanan itu tak hanya membuka rahasia dari kehidupan sang nenek yang penuh kelokan, tetapi juga membuatnya sadar untuk memperhatikan ulang kembali pilihan hidupnya, dan mendengarkan kata hatinya.
Sang penulis, Ni Ketut Yuni Suastini menyajikan novel yang tidak tanggung-tanggung. Dengan riset yang mendalam dan kompleks, sang penulis mampu membuat novel ini dengan setiap kejadiannya yang tersusun dengan rapi. Meski konfliknya melebar ruah kemana-mana, fokus cerita tetap diarahkan pada satu tujuan. Ditambah dengan pelintiran alur (plot twist) yang berlapis-lapis, dan segenap kalimat yang dapat mengaduk emosi, mampu membuat kesan tersendiri ketika membaca novel ini. Tatanan bahasanya pun nyaman untuk dibaca, diksinya yang tidak berlebihan, masih bisa dinikmati dan dipahami dari awal hingga akhir.
Novel ini layak dibaca oleh calon pembaca, dikarenakan ceritanya yang memberikan pelajaran tentang pengorbanan demi bangsa dan negara, serta hubungan anak dan orang tua. Namun perlu diperhatikan kembali bahwa novel ini menandung unsur 17+.
0 komentar