
The Architecture of Love
-
Ditulis olehStella D'avrilya Khasanah
-
Dibuat tanggal
03 Jul 2024
-
Sekolah
SMA NEGERI 1 KEDUNGWUNI
Resensi buku The Architecture of Love karya Ika Natassa
Judul: Harapan di kota New York
“The Architecture of love” (TAOL) adalah novel pertama yang alur ceritanya ditentukan oleh pembacanya melalui fitur Twitter poll. Novel ini adalah hasil kolaborasi antara Twitter Indonesia dan penulis novel, Ika Natassa. Proyek kolaborasi yang disebut dengan #PollStory ini juga didukung oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama. Dimulai pada 31 Desember 2015, Ika Natassa merilis dua episode tiap minggunya hingga berakhir pada 14 Februari 2016 sehingga #PollStory itu berjumlah 14 episode. Namun, TAOL tidak berhenti dari polling pembaca saja, Ika Natassa telah menyiapkan bab tambahan hingga ending cerita yang akan ditulisnya dalam bentuk novel. Novel “The Architecture of Love” pun resmi dirilis pada April 2016, novel ini tidak berisi kumpulan tweet melainkan prosa yang berjumlah 304 halaman.
“The Architecture of Love” adalah karya kedelapan Ika Natassa, penulis berpengaruh Indonesia yang bekerja sebagai banker. Ika Natassa merupakan penulis hebat yang karyanya selalu nangkring di rak best seller salah satunya TAOL ini. Selain menjadi buku best seller, “The Architecture of Love” juga berhasil diadaptasi menjadi film layar lebar pada tahun 2024 dengan judul sama. Sebelumnya ada “Critical Eleven”, “Antologi Rasa” dan “Twivortiare” yang juga berhasil diadaptasi menjadi film layar lebar.
Novel bergenre romansa karya Ika Natassa ini mengisahkan dua orang yang sama sama kabur dari kehidupan mereka di Jakarta, Indonesia ke New York, Amerika. Dua orang yang bahkan tidak saling mengenal satu sama lain itu sama sama memilih New York sebagai tempat pelarian dari luka masa lalu mereka dan berharap menemukan kebahagiaan di kota itu.
Raia, seorang penulis muda yang kehilangan muse-nya pasca bercerai dengan suaminya, Alam yang bahkan Raia sendiri mencari jawaban atas perceraian nya. Dua tahun mengalami writers block membuatnya pergi ke New York untuk mendapatkan inspirasi. Selama dua bulan, setiap hari Raia berjalan kaki menyusuri setiap sudut kota itu, ia mencari sepenggal cerita di dalamnya, pada kejadian yang terjadi di sekitar nya, pada orang yang berpapasan dengannya, bahkan dalam percakapan yang ia dengar tidak membuatnya berhasil merubah layar laptop putih tanpa cerita itu terisi.
Sampai pada akhir tahun, Erin sahabatnya memaksanya untuk ikut berpesta. Sebenarnya Raia tidak suka pesta dan keramaian. Namun, karna paksaan dari sahabatnya itu, Raia akhirnya menghadiri pesta tahun baru di apartemen teman Erin, Aga. Disaat yang lain sedang semangat semangatnya karena tahun baru akan segera tiba, Raia melarikan diri ke kamar mandi untuk menghindari tradisi mencium orang didepan kita saat pergantian tahun. Nasib baik sedang tidak berpihak padanya malam itu, sepatu hak tinggi yang ia kenakan membuat kakinya kesleo begitu ia keluar dari kamar mandi. Dengan tertatih ia masuk ke ruangan gelap di samping kamar mandi, mencari sofa untuk duduk sejenak dan memijat kakinya. Tanpa ia sadari ada seorang laki laki yang menarik diri dari hiruk-pikuk pesta yang tengah digelar sama halnya dengan Raia yang tidak suka keramaian. Itu adalah pertemuan pertamanya dengan laki laki misterius, pendiam dengan buku gambar di tangannya, beanie abu abu gelap dan kaos kaki hijau yang dipakai setiap hari tapi selalu terlihat bersih.
Di Wollan Skating Ring lah, pertemuan tidak sengaja keduanya dengan laki laki bernama River itu. Raia tengah mencari inspirasi menulisnya dan River tengah menggambar. Awalnya hubungan mereka kaku tapi semakin lama semakin mencair. Terlebih saat mereka mulai menikmati setiap sudut New York bersama. Hampir setiap hari River akan menjemput Raia, menunggunya dibawah pohon depan apartemen milik Erin, kemudian mereka berjalan kaki menyusuri bagian-bagian kota New York seperti Flatiron Building, menikmati burger Shake Shack di Madison Square Park, hingga ke toko buku di Brooklyn. River mengajarinya melihat kota yang tidak pernah tidur itu dengan cara yang berbeda. Setiap bangunan memiliki cerita dan River menceritakannya ke Raia.
“The Architecture of Love” merupakan cerita yang ringan dan menarik. Ika Natassa mampu membawa pembaca ke New York dengan penggambarannya yang terasa nyata tentang kota itu. Para tokoh pun terasa nyata dengan perannya masing-masing serta emosi yang dirasakan tokoh tersampaikan dengan baik ke pembaca. Selain itu, terdapat beberapa sudut pandang dalam novel ini yaitu, sudut pandang orang ketiga, sudut pandang orang pertama sebagai Raia dan sudut pandang orang pertama sebagai River. Meskipun jauh lebih banyak sudut pandang orang pertama sebagai Raia selaku tokoh utama, adanya sudut pandang lain membuat kita dapat memahami cerita dari pandangan yang berbeda. Kekurangan dari Novel ini adalah terdapat banyak kalimat menggunakan Bahasa Inggris yang mungkin bagi pembaca yang tidak terlalu fasih Bahasa Inggris akan sedikit kesulitan. Kemudian, novel ini memiliki alur maju mundur yang sedikit membingungkan karena secara tiba-tiba berganti latar waktu ke masa depan lalu kembali lagi ke masa lalu.
Secara keseluruhan, novel ini layak dibaca. Melalui gaya penulisan yang mengalir dan plot yang sederhana, novel ini tidak hanya menyajikan kisah romansa Raia dan River. Novel ini memberi gambaran mengenai suka duka menjadi seorang penulis dan juga suka duka menjadi seorang arsitek. Selain itu, pembaca menjadi tahu cerita dibalik bangunan-bangunan cantik yang ada di New York.
0 komentar