“Gara-Gara Indonesia” adalah sebuah buku national best seller yang memuat kumpulan cerita sejarah yang singkat tetapi penuh dengan motivasi karya Agung Pribadi, buku ini diterbitkan olah Asma Nadia Publishing House di Depok pada tahun 2013 dengan tebal halaman sebanyak 210. Agung mulai menunjukkan bakat menulisnya sejak kuliah di Universitas Indonesia, dengan tulisannya yang terbit di berbagai media seperti koran dan majalah. Selain menulis, dia aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan terlibat dalam gerakan reformasi 1998. Lebih dari dua puluh tahun berlalu, Agung tetap produktif sebagai penulis. Agung menjadi kolumnis Rubrik Sejarah di majalah Hidayatullah dan tulisannya tersebar luas di media nasional dan internasional. Selain menulis, Agung juga terlibat dalam pembuatan film dan riset dokumenter. Agung Pribadi aktif di bidang penerbitan dan sering menjadi pembicara motivasi. Bersama Isa Alamsyah dan Asma Nadia, dia mengelola klub menulis online yang populer, Komunitas Bisa Menulis. Sebelum buku "Gara-Gara Indonesia", Agung sudah menerbitkan karya tentang sejarah Pattimura dan Lanskap Otonomi Daerah.

Buku "Gara-Gara Indonesia" ini tidak membahas sejarah seperti yang diajarkan disekolah, tetapi buku sejarah ini dikemas dengan motivasi. Buku tersebut mengukapkan fakta seperti Gara-gara Indonesia Amerika kalah perang di Vietnam, Gara-gara Indonesia Napoleon kalah perang di Eropa, Gara-gara Indonesia kolonoialis kehilangan puluhan negara jajahan dan masih banyak lagi. Dengan fakta-fakta tersebut membangkitkan semangat kita untuk lebih berani bertindak dalam mewujudkan mimpi demi bangsa Indonesia kedepan, kita bisa mewujudkan bangsa Indonesia melampaui negara-negara yang kuat dan maju. Selain itu, buku ini juga menyajikan refleksi tentang situasi bangsa Indonesia, dengan demikian membaca sejarah menjadi lebih lengkap karena kita diingatkan tentang keadaan masa kini. Hal ini juga mendorong pembaca untuk merenungkan kembali apa yang telah kita kontribusikan untuk negeri ini dan apa yang akan kita lakukan untuk memajukan bangsa ini.

Agung Pribadi berhasil menyajikan karya dengan gaya bahasa yang ringan, namun tetap menyentuh isu-isu serius yang relevan dengan kondisi bangsa. Setiap cerita dalam buku ini mengandung pesan moral yang kuat, dan penulis dengan cerdik mengemasnya dalam narasi yang kadang membuat kita merenung dan membuat hati kita tersentuh. 

Buku ini memiliki kelebihan yakni kemampuannya menangkap realitas sosial dengan sudut pandang yang segar. Cerita-ceritanya menjadi cermin bagi masyarakat Indonesia untuk menyadari berbagai kebiasaan, kebijakan, dan fenomena sekitar. Misalnya, cerita tentang Malaysia-Indonesia yang dulu banyak belajar dari kita, kini justru kita yang meniru mereka. Agung Pribadi menggunakan gaya bahasa lugas dan sederhana, membuat ceritanya mudah dipahami berbagai kalangan. Bahasa yang digunakan to the point dan tanpa hiasan. Humor dan ironi disisipkan halus, menciptakan suasana menghibur namun reflektif. Penulis sering menggunakan bahasa sehari-hari yang akrab bagi pembaca, membuat cerita terasa dekat dan relevan dengan kehidupan sehari-hari di Indonesia. Gaya bahasa ini mendukung tujuan penulis menyampaikan pesan moral dan kritik sosial dengan mudah dipahami tanpa menggurui.

Namun, buku juga memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya adalah beberapa cerita yang mungkin terasa terlalu sederhana bagi pembaca yang mengharapkan plot yang lebih kompleks. Beberapa cerita hanya berfokus pada satu kejadian sederhana tanpa mengeksplorasi lebih dalam latar belakang atau dampak jangka panjang dari kejadian tersebut. Hal ini bisa membuat pembaca yang mencari kedalaman narasi merasa kurang puas. Selain itu, ada bagian-bagian dalam buku ini yang mungkin terasa klise atau terlalu umum bagi sebagian pembaca. 

Buku "Gara-Gara Indonesia" adalah sebuah karya yang berhasil menggabungkan hiburan dan refleksi sosial dalam satu paket yang menarik. Buku ini cocok dibaca oleh siapa saja yang ingin memahami sejarah Indonesia dengan cara yang lebih ringan namun tetap penuh makna. Buku ini mampu menghadirkan cerita-cerita yang tidak hanya menggelitik, tetapi juga menggugah kesadaran kita sebagai bagian dari bangsa ini.