
Di Tanah Lada
-
Ditulis olehTabitha Rianty Putri
-
Dibuat tanggal
24 Jun 2024
-
Sekolah
SMP Negeri 15 Semarang
Novel "Di Tanah Lada" pertama kali diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada bulan Agustus, tahun 2015, Jakarta, Indonesia. Buku dengan tebal 254 halaman ini ditulis oleh Ziggy zezsyazeoviennazabrizkie, pada awalnya, di tanah lada ditulis demi memenuhi sayembara menulis novel Dewan kesenian Jakarta 2014, lalu setelah menjadi pemenang II, buku ini diterbitkan.
Di Tanah Lada menjadi buku pertama Ziggy yang saya baca, sebelumnya, saya hanya mendengar nama beliau dibicarakan saja, belum pernah benar benar membaca karyanya. Saya memutuskan untuk membuat resensi pertama saya dengan buku Di Tanah Lada karena saya penasaran dengan aplikasi Ipusnas, lantas saya menjelajahi beberapa novel fiksi yang disediakan oleh Ipusnas, lalu bertemu dengan Di Tanah Lada. Di Tanah Lada berlatar belakang pada kota Jakarta, dalam beberapa babnya ziggy menuliskan tanggal bulan dan tahun tepat kejadian, seperti pada halaman 9 dan 22. Secara garis besar, buku fiksi karangan Ziggy ini menceritakan tentang Salva, lebih akrab dipanggil Ava, anak berusia 6 tahun yang menjadi representasi anak indonesia yang terdampak fenomena fatherless. Dalam perjalanan hidupnya, Ava lantas bertemu dengan P, yang ia panggil sebagai si Anak Pengamen dalam waktu yang cukup lama. Semenjak pertemuan pertama P dan Ava, mereka menjadi teman dan dari sini lah petualangan mereka di mulai.
Ava, tokoh utama dalam buku Di Tanah Lada digambarkan sebagai anak yang selalu membawa buku fiksi pemberian ibunya dan kamus bahasa indonesia ke mana mana, menjelaskan karakteristik anak kecil yang penuh rasa ingin tahu dan lugu. Penggambaran Ava sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi sekarang, indonesia sebagai salah satu negara fatherless. Dari kecil, Ava sudah berkutat dengan Papanya yang tidak dapat memenuhi kebutuhan primer anaknya, ia justru memilih untuk berjudi. Sama halnya dengan P, ayah P tidak terlalu dijelaskan secara detail, hanya pernah dibahas beberapa kali tidak lebih dari 5 kali. Yang pasti, Ayah P tidak ada bedanya dari Papa Ava, atau mungkin lebih parah. Kalau Ava mempunyai Mama yang sayang dengannya, P punya Kak Suri yang mengajarkan P bahasa inggris, dan Mas Alri yang mengajarkannya gitar.
Sudut pandang yang digunakan merupakan sudut pandang orang pertama, Ava, memberikan pengalaman baru bagi saya karena menggunakan sudut pandang anak kecil dengan bahasa yang tidak selayaknya digunakan anak kecil. Dari segi alur, novel ini memiliki alur yang lambat di awal, lalu intens dan cepat pada akhir cerita. Di Tanah Lada ditulis dengan bahasa Indonesia yang lugas. Ziggy tidak banyak menggunakan kiasan maupun diksi-diksi "indah" sehingga pembaca dapat membaca buku ini dengan nyaman tanpa harus membuka KBBI, tetapi, kata yang diketahui dan digunakan Ava terkesan tidak sesuai dengan umurnya. Hal ini tentu dapat dipahami mengingat latar belakang keluarga Ava. Ziggy mengakhiri cerita ini dengan ending yang mengejutkan, sebenarnya sudah diingatkan di sinopsis pada sampul belakang buku. Namun, saya merasa akhir dari novel ini terkesan sedikit memaksa, pelintiran alur justru baru terjadi pada saat menuju akhir cerita.
Buku ini memberikan banyak pelajaran berharga. Mereka sebagai orang dewasa yang dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri sebaiknya mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum mempunyai anak, jangan sampai seperti Papa Ava dan Mas Alri. Buku ini juga ditulis dengan gaya yang sangat menarik, menggunakan sudut pandang anak kecil namun bahasa yang digunakan tidak selayaknya anak kecil umumnya. Secara keseluruhan, saya menyukai buku ini, mungkin kedepannya saya akan membaca buku karya Ziggy lainnya, seperti 2 karya terkenalnya yaitu Jakarta Sebelum Pagi dan Semua Ikan di Langit. Buku ini cocok untuk dibaca remaja dengan usia sekitar 14-18 tahun.
0 komentar